Sekar Arum Akui Infak Uang Palsu di Masjid Istiqlal, Polisi Dalami Pengakuan
QueenNews.id – Artis sinetron kolosal, Sekar Arum Widara, kembali menjadi sorotan publik usai pengakuan mengejutkannya terkait kasus penggunaan uang palsu.
Setelah sebelumnya diketahui menggunakan uang palsu untuk kepentingan pribadi, kini ia mengklaim telah menyumbangkan uang palsu ke kotak amal Masjid Istiqlal, Jakarta.
Pengakuan tersebut disampaikan Sekar Arum kepada pihak kepolisian, yang kini tengah menyelidiki lebih lanjut kebenaran informasi tersebut.
Menurut keterangan Kanit Ranmor Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan, Iptu Teddy Rohendi, Sekar mengaku menyumbangkan uang palsu sebesar Rp 10 juta menjelang hari raya Idul Fitri.
“Katanya dilakukan sehari sebelum Lebaran. Ia menyebut uang tersebut dimasukkan ke kotak amal di Masjid Istiqlal,” ujar Teddy kepada awak media, Selasa (15/4/2025).
Namun demikian, polisi belum dapat memastikan apakah pengakuan itu benar adanya.
Saat ini, penyidik masih mendalami keterangan Sekar, termasuk dengan melakukan konfirmasi kepada pihak Masjid Istiqlal untuk mengetahui apakah benar terdapat infak dalam jumlah besar yang diduga mencurigakan pada waktu yang disebutkan.
“Baru sebatas pengakuan lisan dari yang bersangkutan. Kami masih akan melakukan klarifikasi ke pengurus Masjid Istiqlal untuk memastikan informasi tersebut,” tambah Teddy.
Sekar Arum sendiri telah mengakui bahwa uang yang digunakannya untuk berinfak adalah uang palsu.
Ia mengaku mendapatkannya dari seorang teman, yang kini juga menjadi incaran pihak kepolisian. Nama maupun identitas dari ‘teman’ pemberi uang tersebut belum diungkap ke publik karena masih dalam proses penyelidikan.
Sementara itu, pihak Masjid Istiqlal belum memberikan pernyataan resmi terkait adanya infak mencurigakan tersebut.
Polisi berencana memanggil pengurus masjid dalam waktu dekat untuk mendalami apakah benar ada transaksi tunai dalam jumlah besar yang masuk ke kotak amal sebelum Lebaran, dan apakah mereka menemukan ciri-ciri fisik uang palsu dalam penghitungan atau penyetoran keuangan.
Kasus ini mengundang perhatian publik karena menyangkut dua isu sensitif sekaligus: penyalahgunaan uang palsu dan pencemaran nilai ibadah.
Tindakan Sekar Arum, jika terbukti benar, bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga dianggap mencederai etika sosial dan nilai keagamaan masyarakat.
Dalam pandangan hukum, penggunaan dan peredaran uang palsu diatur dalam Pasal 244 hingga 246 KUHP, dengan ancaman hukuman penjara hingga 15 tahun.
Jika ditambah dengan fakta bahwa uang palsu tersebut digunakan dalam konteks rumah ibadah, maka tekanan publik terhadap pelaku bisa meningkat drastis, terlepas dari proses hukum yang masih berjalan.
Pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia, Prof. H. Setiawan, SH, MH, menilai bahwa pengakuan semata tidak cukup untuk menetapkan pelaku sebagai bersalah.
“Namun bila polisi menemukan bukti pendukung, seperti rekaman CCTV, saksi, atau fisik uang palsu yang masih tersimpan, maka proses hukum bisa bergerak lebih cepat dan kuat,” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, Sekar Arum masih berstatus sebagai saksi.
Polisi belum menetapkan tersangka baru selain dirinya, sembari menunggu perkembangan hasil penyidikan terhadap jaringan pemalsuan uang yang diduga lebih luas.
Kasus ini menunjukkan bahwa penggunaan uang palsu tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, tetapi juga bisa menimbulkan efek sosial dan moral yang besar ketika melibatkan simbol keagamaan
