“Simbol Kekuasaan Paus Fransiskus Dirusak Setelah Wafat? Ini Alasannya yang Tak Banyak Diketahui!”


Queennews.id – Tradisi dalam Gereja Katolik Roma sarat akan makna dan simbolisme yang telah terjaga selama berabad-abad.
Salah satu yang paling menarik perhatian publik adalah ritual penghancuran “Fisherman’s Ring” atau Cincin Nelayan, cincin khusus yang dikenakan oleh seorang Paus sepanjang masa kepemimpinannya.
Tradisi ini kembali menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat, terlebih ketika membahas kemungkinan akan nasib cincin milik Paus Fransiskus, yang hingga April 2025 masih menjabat sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma.
Meski demikian, publik kerap bertanya-tanya: mengapa cincin tersebut harus dihancurkan setelah Paus wafat atau mengundurkan diri? Apakah ini sekadar simbol atau justru memiliki makna dan fungsi tertentu?
Cincin Nelayan: Lebih dari Sekadar Perhiasan
Cincin Paus bukanlah perhiasan biasa. Disebut “Fisherman’s Ring” karena menggambarkan Santo Petrus—rasul pertama yang juga dikenal sebagai nelayan sebelum menjadi murid Yesus.
Paus, sebagai penerus takhta Santo Petrus, mewarisi otoritas rohani sebagai “penjala manusia.” Oleh karena itu, cincin ini menjadi simbol legitimasi spiritual dan administratif seorang Paus.
Sejak abad ke-13, cincin ini tidak hanya menjadi lambang keabsahan kepemimpinan Paus, tetapi juga digunakan sebagai alat segel resmi dalam mengesahkan dokumen-dokumen penting. Segel ini berfungsi layaknya tanda tangan, dan dengan demikian, memiliki nilai otoritas yang tinggi.
Tradisi Penghancuran: Simbol Berakhirnya Kekuasaan
Saat seorang Paus wafat atau mengundurkan diri, penghancuran cincin menjadi ritual sakral yang menandai berakhirnya masa kepemimpinan.
Ini adalah deklarasi resmi bahwa tidak ada lagi keputusan yang bisa diambil atas nama Paus yang bersangkutan.

Proses ini dilakukan oleh seorang pejabat tinggi Vatikan yang dikenal sebagai Camerlengo, yang memiliki tugas utama mengelola masa sede vacante—yakni masa kekosongan takhta sebelum terpilihnya Paus yang baru.
Penghancuran cincin biasanya dilakukan secara simbolis dengan menghantam palu perak kecil ke permukaan cincin hingga merusaknya.
Tindakan ini menandakan penutupan satu bab kepemimpinan dan dimulainya proses konklaf oleh para kardinal untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik.
Mencegah Penyalahgunaan dan Pemalsuan
Selain alasan simbolis, penghancuran cincin juga memiliki alasan praktis.
Karena cincin digunakan untuk menyegel dokumen resmi, keberadaannya setelah Paus wafat berpotensi disalahgunakan untuk mengesahkan dokumen palsu atau tindakan-tindakan yang mengatasnamakan Paus yang sudah tiada.
Maka, penghancuran cincin ini juga berfungsi sebagai bentuk pengamanan dan pengendalian legitimasi di tengah transisi kekuasaan.
Paus Fransiskus dan Pilihan Cincin yang Sederhana
Menariknya, ketika terpilih sebagai Paus pada tahun 2013, Paus Fransiskus menolak tradisi penggunaan cincin emas murni yang biasa dikenakan oleh pendahulunya.
Ia memilih cincin berbahan perak yang dilapisi emas, sejalan dengan gaya hidupnya yang sederhana dan jauh dari kemewahan. Pilihan ini mencerminkan pendekatan kerendahan hati dan keterbukaan yang terus ia suarakan sepanjang masa kepemimpinannya.
Hingga kini, cincin Paus Fransiskus masih utuh dan digunakan, karena beliau masih aktif menjabat sebagai pemimpin Gereja Katolik.
Namun, publik tetap menaruh perhatian pada simbolisme dan makna dalam setiap tradisi yang dilakukan Vatikan, termasuk ritual penghancuran cincin kelak ketika waktunya tiba.
