Harga Emas Tertekan, Dolar AS dan Konflik Global Jadi Faktor Penentu


QueenNews.id — Harga emas dunia kembali tertekan di tengah dominasi penguatan Dolar Amerika Serikat (AS) dan situasi geopolitik yang belum menunjukkan kejelasan arah.
Berdasarkan pantauan pasar, emas (XAU/USD) diperdagangkan di bawah level psikologis $3.400 pada Selasa (17/6) dan kembali menyentuh kisaran $3.380 pada Rabu (18/6), menandai penurunan sebesar 0,05% dalam sesi perdagangan terakhir.
Menurut analis pasar komoditas dari PT Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, tren pelemahan harga emas mencerminkan dominasi tekanan negatif di tengah fluktuasi sentimen investor global.
Penguatan Dolar AS, yang kini menjadi aset pilihan di tengah ketidakpastian makroekonomi dan politik, menjadi penghambat utama pergerakan logam mulia.
“Pasar saat ini berada di tengah tarik menarik antara dorongan geopolitik dan dominasi dolar. Konflik kawasan seperti ketegangan antara Israel dan Iran seharusnya mendongkrak minat terhadap emas sebagai aset safe haven. Namun realitasnya, kekuatan dolar terlalu dominan hingga menekan potensi penguatan emas,” ujar Andy dalam ulasan hariannya.
Dolar AS Unggul, Emas Tertekan
Indeks Dolar AS (DXY) naik signifikan sebesar 0,46% ke posisi 98,58. Kenaikan ini mengindikasikan meningkatnya minat pasar global terhadap dolar sebagai mata uang cadangan.
Alhasil, banyak investor mengalihkan portofolio dari emas yang tidak menghasilkan bunga ke dolar, yang dianggap lebih stabil dalam jangka pendek.
Kondisi ini menjadi anomali karena biasanya, ketegangan geopolitik seperti yang terjadi di Timur Tengah justru mendorong penguatan harga emas.
Terlebih muncul kabar bahwa mantan Presiden AS, Donald Trump, disebut-sebut tengah mempertimbangkan opsi militer bersama Israel terhadap Iran. Namun pasar tampaknya tidak merespons dengan antusias.
“Harga emas yang tidak melonjak meskipun risiko geopolitik meningkat menandakan bahwa kekuatan dolar benar-benar dominan saat ini,” imbuh Andy.

Faktor Fundamental dan Pandangan The Fed
Selain faktor geopolitik dan nilai tukar, arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) juga menjadi perhatian pasar.
Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan memberikan pernyataan resmi pasca-pertemuan dewan gubernur.
Meski pasar tidak mengantisipasi perubahan suku bunga dalam waktu dekat, fokus akan tertuju pada proyeksi ekonomi dan sinyal kebijakan jangka menengah.
Dari sisi data ekonomi, indikator utama AS menunjukkan pelemahan. Penjualan ritel turun 0,9% pada Mei, melampaui estimasi penurunan pasar.
Selain itu, produksi industri juga mengalami kontraksi sebesar 0,2%, menandakan potensi pelemahan aktivitas manufaktur. Dalam kondisi normal, data ini seharusnya mendukung kenaikan harga emas. Namun kali ini, kekuatan dolar membalikkan ekspektasi tersebut.
Analisis Teknikal: Potensi Lanjutan Penurunan
Secara teknikal, Andy menjelaskan bahwa grafik jangka pendek emas menunjukkan sinyal bearish yang cukup kuat. Formasi candlestick dan indikator Moving Average menandakan tekanan jual masih mendominasi.
“Jika tekanan berlanjut, emas berpotensi turun ke zona support teknikal di $3.343. Namun, jika terjadi pantulan teknikal, resisten terdekat berada di level $3.398,” terang Andy.
Kesimpulan dan Proyeksi Pasar
Secara keseluruhan, harga emas masih terjebak dalam tekanan akibat kombinasi kekuatan dolar, ketidakpastian geopolitik, dan arah kebijakan moneter yang belum pasti.
Investor disarankan tetap berhati-hati dan mencermati perkembangan global, khususnya dinamika Timur Tengah dan proyeksi kebijakan The Fed.
Pasar emas saat ini menghadapi tantangan besar, dan kemungkinan koreksi lanjutan masih terbuka, terutama jika dolar terus mencatatkan penguatan lebih lanjut.
