Ternyata Begini Cara Kucing Mengatakan ‘Aku Sayang Kamu’!


QueenNews.id – Dibalik tingkah lucunya yang menggemaskan, kucing menyimpan bahasa komunikasi tersendiri yang penuh makna.
Bahasa tubuh, suara, hingga ekspresi wajah kucing ternyata bisa menjadi ‘kode’ penting bagi para pemilik untuk memahami kondisi emosional dan kesehatannya.
Bagi pemilik kucing pemula, memahami bahasa kucing merupakan langkah awal untuk membangun kedekatan yang kuat sekaligus mencegah potensi gangguan kesehatan.
Bahasa kucing bukanlah sekadar bentuk interaksi, melainkan refleksi langsung dari apa yang dirasakan si kucing. Bahasa ini bisa tampak lewat gerakan ekor, posisi telinga, ekspresi mata, serta ragam suara yang dikeluarkan.
“Dengan memahami bahasa tubuh kucing, kita tidak hanya bisa memperkuat hubungan emosional, tapi juga dapat mendeteksi sedini mungkin jika ada masalah kesehatan atau stres pada kucing,” ujar praktisi hewan dari Jakarta Veterinary Center, drh. Anita Mulyani.
Mengenali Bahasa Tubuh Kucing
Gerakan ekor menjadi salah satu indikator utama dalam membaca perasaan kucing. Saat ekor tegak dengan ujung sedikit melengkung, itu menandakan bahwa si kucing tengah merasa nyaman dan senang.
Sebaliknya, ekor yang mengembang dan berayun cepat adalah isyarat bahwa ia tengah merasa terancam atau kesal.
Telinga juga memainkan peran penting. Jika telinga kucing mengarah ke depan, ia sedang dalam kondisi penasaran atau bahagia. Namun jika telinga mendatar ke belakang atau ke samping, itu sinyal bahwa ia sedang takut atau cemas.
Selain itu, mata kucing yang membesar atau pupil melebar bisa berarti kucing sedang tertarik, waspada, atau bahkan ketakutan.
Tatapan lembut disertai kedipan perlahan justru menunjukkan rasa percaya dan kasih sayang sering dianggap sebagai “ciuman” versi kucing.
Suara yang Penuh Arti
Tak hanya bahasa tubuh, suara kucing pun memiliki makna yang beragam. Mengeong lembut biasanya menandakan permintaan atau ajakan interaksi. Mendengkur atau “purring” kerap diartikan sebagai tanda kenyamanan, namun juga bisa menjadi sinyal bahwa kucing tengah merasa sakit atau tidak nyaman.

Sementara mendesis (hissing) adalah peringatan keras agar pemilik memberi jarak.
Tips Praktis untuk Pemula
Bagi para pemilik baru, berikut beberapa tips dasar untuk mulai memahami bahasa kucing secara cepat dan tepat:
Amati Kebiasaan Harian
Perhatikan pola makan, tidur, dan aktivitas harian kucing. Perubahan mendadak bisa menjadi indikasi adanya masalah.
Responsif terhadap Perubahan
Jangan abaikan ketika kucing menunjukkan perilaku tidak biasa seperti lebih sering menyendiri, malas makan, atau terlalu agresif.
Berikan Respons yang Sesuai
Saat kucing mendekat dan mengeong dengan suara lembut, balas dengan elusan atau panggilan penuh kasih. Jika ia menjauh atau menunjukkan sinyal stres, beri ruang agar merasa aman.
Nutrisi dan Interaksi: Kunci Keseimbangan
Menjawab kebutuhan emosional kucing tak cukup hanya lewat perhatian. Pemberian nutrisi yang tepat juga berperan penting dalam menjaga suasana hati dan kesehatannya. Salah satu produk yang turut menunjang hal ini adalah Deli-Joy dari Unicharm Indonesia.
Produk ini dirancang dari bahan-bahan alami, seperti ikan asli tanpa pewarna dan pengawet, serta halal. Reaksi positif kucing setelah mengonsumsinya seperti menjilat bibir atau mendekat ke pemilik menjadi bentuk komunikasi bahwa mereka menyukai dan merasa puas.
Komunikasi Dua Arah yang Bermakna
Memahami bahasa kucing bukan hanya soal ‘membaca’ gerakan atau suara, tetapi tentang membangun komunikasi dua arah yang saling mendukung.
Pemilik yang tanggap dan penuh kasih akan menciptakan lingkungan nyaman bagi kucing, yang pada akhirnya berpengaruh positif pada kesejahteraan fisik dan mental hewan kesayangannya.
Sebagai penutup, drh. Anita menegaskan, “Kucing itu penuh sinyal. Semakin kita mengenal mereka, semakin mereka mempercayai kita. Komunikasi yang baik akan membuat mereka tumbuh sehat, bahagia, dan penuh kasih.”
