Digital Public Relations di Pesantren: Membangun Identitas dan Kepercayaan di Era Media Sosial


Queennews.id – Di tengah pesatnya transformasi digital, pesantren tradisional seperti Pondok Pesantren Nurul Jadid mulai mengadopsi strategi public relations (PR) berbasis teknologi untuk memperkuat identitas merek dan membangun kepercayaan publik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa optimalisasi media publikasi digital dan strategi PR yang terintegrasi mampu meningkatkan persepsi kualitas dan asosiasi merek lembaga pendidikan Islam ini.
Melalui pendekatan electronic Word of Mouth (e-WoM), promosi terarah, dan interaksi simbolik di platform media sosial seperti Instagram dan YouTube, pesantren berhasil memperluas jangkauan komunikasi dan memperkuat loyalitas stakeholders—mulai dari santri, wali santri, hingga masyarakat sekitar. Aktivitas PR digital ini tidak hanya berfokus pada branding, tetapi juga edukasi publik tentang visi dan misi pesantren.
Namun, tantangan utama dalam implementasi PR digital di pesantren adalah keterbatasan sumber daya manusia terampil dan infrastruktur teknologi. Meskipun demikian, dampak positif dari aktivitas PR digital diakui oleh seluruh informan penelitian, menandakan bahwa strategi ini efektif dalam membangun citra lembaga yang progresif dan responsif terhadap tuntutan zaman.
Etika komunikasi tetap menjadi fondasi utama dalam setiap aktivitas PR digital. Pesantren diharapkan mengadopsi model komunikasi dua arah yang simetris, sehingga dialog antara lembaga dan publik dapat berjalan secara sehat, transparan, dan membangun kepercayaan jangka panjang. Integrasi nilai-nilai pesantren dengan strategi PR modern menjadi kunci agar transformasi digital tidak menghilangkan identitas religius lembaga.
Keberhasilan Nurul Jadid dalam mengelola komunikasi digital menjadi contoh penting bagi pesantren lain di Indonesia. Dengan strategi PR berbasis teknologi yang etis dan terintegrasi, pesantren dapat tetap relevan, dipercaya, dan mampu bersaing di era digital tanpa kehilangan jati diri keislaman.
