Gibran Bicara Hilirisasi Kemenyan: “Bahan Parfum Mewah Itu dari Indonesia, Lho!”
QueenNews.id – Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka kembali mencuri perhatian publik. Dalam pidatonya pada 14 Juli 2025 di Istana Wapres, Gibran mengangkat isu tak biasa: hilirisasi kemenyan.
Di hadapan para peserta program Pendidikan, Penyiapan, dan Pemantapan Pimpinan Nasional Angkatan 68, ia menyampaikan bahwa kemenyan Indonesia memiliki nilai ekonomi tinggi yang belum dioptimalkan secara maksimal.
“Kalian gak salah dengar, kemenyan itu bahan dasar parfum kelas dunia seperti Louis Vuitton dan Gucci,” ujar Gibran dengan gaya santainya yang khas.
“Saya pernah bicara soal hilirisasi kemenyan, tapi banyak yang ketawa. Mereka pikir kemenyan itu cuma buat dukun,” lanjutnya disambut tawa ringan audiens.
Pernyataan tersebut sontak menjadi perbincangan hangat, baik di ruang publik maupun jagat maya. Menurut Gibran, pemanfaatan kemenyan selama ini terlalu terbatas pada bentuk mentah dan tidak mengalami proses pengolahan lanjutan. Padahal, komoditas ini punya potensi yang sangat besar bila dikelola dengan pendekatan industri modern.
“Kemenyan itu sama berharganya dengan nikel,” tegas Gibran, menyamakan nilainya dengan komoditas tambang strategis yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia.
Dalam pidatonya, Gibran juga menyentil kebiasaan masyarakat, khususnya kalangan ibu-ibu, yang gemar memakai parfum mahal tanpa menyadari asal-usul bahan bakunya.
“Parfum Elvy, Gucci, dan lain-lain itu bahan dasarnya dari kemenyan loh, Bu,” ucapnya sambil tersenyum, menyampaikan sindiran halus sekaligus membuka wawasan.
Wapres Gibran kemudian mengajak generasi muda untuk terlibat aktif dalam riset dan inovasi di bidang ini. “Sudah waktunya kita melakukan hilirisasi kemenyan. Anak muda harus turun tangan, bukan cuma ngeluh dan nyinyir di medsos,” tandasnya.
Sayangnya, pernyataan tersebut justru memicu gelombang komentar sinis dari netizen. Beberapa pihak menilai pidato Gibran terlalu jauh dari realitas masyarakat saat ini. Kritik pun bermunculan di media sosial.
“Suaranya lemes, gaji jutaan, ngomong gitu doang. Rugi rakyat,” komentar seorang warganet. Yang lain menimpali dengan nada nyinyir, “Hilirisasi… hilirisasi… capek deh.” Bahkan ada yang menyindir ekspresi sang wapres, “Tatapan matanya kayak isi dompet pas tanggal tua: nol.”
Meski demikian, tak sedikit juga yang mengapresiasi ide Gibran tersebut, terutama dari kalangan akademisi dan pegiat industri herbal dan aromaterapi. Mereka menilai bahwa kemenyan memang menyimpan potensi besar sebagai bahan baku industri parfum, kosmetik, hingga kesehatan.
Apalagi Indonesia merupakan salah satu penghasil kemenyan terbesar di dunia, khususnya dari wilayah Sumatra Utara dan sebagian Sulawesi. Namun, selama ini, kemenyan diekspor dalam bentuk mentah dengan nilai ekonomi yang jauh lebih rendah ketimbang produk olahan.
Pernyataan Gibran bisa jadi sinyal serius bahwa pemerintah akan mulai mengarahkan kebijakan ekonomi hilirisasi bukan hanya pada tambang dan energi, tetapi juga pada komoditas non-konvensional seperti kemenyan.
Bila dikelola secara serius dan berbasis riset, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi pemain besar di industri parfum dunia.
