Etika dalam Public Relations: Pilar Utama untuk Membangun Kepercayaan Publik
Queennews.id – Palembang, 22 April 2025 – Di tengah arus informasi yang begitu deras dan cepat menyebar, pentingnya etika dalam dunia public relations (PR) semakin mendapat sorotan.
Profesi yang berada di garis depan komunikasi organisasi ini tidak hanya dituntut untuk menyampaikan pesan secara efektif, tetapi juga untuk menjaga kredibilitas dan kepercayaan publik.
Untuk itu, prinsip-prinsip etika seperti transparansi, kejujuran, tanggung jawab sosial, serta kepatuhan terhadap hukum menjadi fondasi utama yang harus dijunjung tinggi oleh para praktisi PR.
Transparansi menjadi elemen kunci dalam menjaga hubungan yang sehat antara institusi dengan publiknya. Dalam menjalankan tugasnya, praktisi PR harus memastikan bahwa setiap informasi yang disampaikan akurat, jujur, dan tidak menyesatkan.
Menyembunyikan fakta atau melakukan manipulasi informasi demi kepentingan institusi semata dapat merusak reputasi dan kepercayaan yang telah dibangun. “Kejujuran adalah fondasi komunikasi yang sehat.
PR harus menyampaikan fakta, bukan narasi yang direkayasa,” tegas Dedi Junaedi, penulis buku Kiat Sukses Menulis di Media.
Tanggung jawab sosial juga menjadi salah satu landasan penting dalam praktik PR yang beretika.
Seorang praktisi tidak hanya bertugas untuk menyuarakan kepentingan organisasinya, tetapi juga harus mempertimbangkan dampak sosial dari pesan dan tindakan yang mereka sampaikan.
Hal ini mencakup kepedulian terhadap isu-isu kemanusiaan, lingkungan, hingga pemberdayaan masyarakat.
Eka Purwati, penulis buku Menulis Itu Asyik, menuturkan bahwa “PR etis adalah PR yang tidak melupakan nilai kemanusiaan dan keberlanjutan dalam setiap pesan yang dikomunikasikan.”
Di sisi lain, kepatuhan terhadap hukum adalah syarat mutlak bagi setiap aktivitas PR.
Mengetahui dan memahami peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan komunikasi publik, hak atas informasi, dan perlindungan data pribadi menjadi bagian dari tanggung jawab profesional.
Pelanggaran hukum tidak hanya berdampak pada sanksi hukum, tetapi juga bisa mencoreng reputasi organisasi dalam jangka panjang.
Dalam artikel resmi yang dirilis oleh Prokomsetda Buleleng, disebutkan bahwa memahami aspek legal dalam praktik komunikasi sangat penting untuk menghindari kesalahan fatal dalam penyampaian informasi.
Kesadaran akan pentingnya etika ini terus ditumbuhkan melalui berbagai forum akademik dan profesional.
Seminar, pelatihan, dan lokakarya mengenai etika PR rutin diselenggarakan untuk mendorong praktik komunikasi yang lebih bertanggung jawab dan bermartabat.
“Kami ingin menanamkan bahwa etika bukan sekadar formalitas, tapi jiwa dari setiap pesan yang disampaikan,” ujar Sri Suhita, akademisi sekaligus penggiat etika komunikasi publik.
Dengan mengedepankan nilai-nilai etika, para praktisi PR dapat menjadi jembatan yang kuat antara organisasi dan masyarakat.
Mereka tidak hanya menjadi penyampai informasi, tetapi juga penjaga kepercayaan yang berperan besar dalam membentuk opini publik dan menjaga harmoni sosial.
Di era digital yang penuh tantangan, integritas dan kejujuran menjadi aset yang jauh lebih berharga daripada sekadar popularitas sesaat.
