Tradisi Unik Pengantin Kayuagung: Bawa Harta Sendiri ke Rumah Suami!


Queennews.id – Pernikahan adat Kayuagung di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, menyimpan kekayaan budaya yang masih lestari hingga kini. Salah satu tradisi paling mencolok dalam pernikahan adat ini adalah prosesi di mana mempelai perempuan membawa berbagai perlengkapan rumah tangga, perhiasan, hingga makanan khas ke rumah suaminya. Tradisi ini bukan hanya sekadar simbol, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur seperti kesiapan membangun rumah tangga, penghormatan terhadap adat, dan simbol warisan keluarga.
Prosesi yang dikenal dengan nama Ngatot San-San atau Usongan Maju ini menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian upacara adat pernikahan yang disebut Morge Siwe. Dalam prosesi ini, pengantin perempuan tidak datang dengan tangan kosong. Ia membawa serta berbagai barang bawaan—mulai dari perabotan rumah tangga seperti lemari, tempat tidur, kasur, dan peralatan dapur, hingga barang-barang pribadi seperti pakaian, kosmetik, dan perhiasan emas. Bahkan, kue-kue tradisional khas daerah seperti bolu sow-sow, limping, kempelang, hingga tapol juga turut dibawa sebagai simbol kemakmuran.
Barang-barang tersebut bukan hanya sekadar pelengkap, namun memiliki makna filosofis mendalam. Di satu sisi, barang-barang itu menunjukkan bahwa mempelai perempuan siap menjalani kehidupan berumah tangga secara mandiri. Di sisi lain, perlengkapan ini juga merepresentasikan bentuk kasih sayang dan tanggung jawab orang tua kepada anak perempuan mereka—sebagai bekal lahir batin untuk menata kehidupan baru bersama pasangan.
Menariknya, dalam adat Kayuagung, harta tak bergerak seperti tanah atau rumah biasanya diwariskan kepada anak laki-laki. Oleh karena itu, san-san ini menjadi bentuk “warisan bergerak” yang diberikan kepada anak perempuan. Tradisi ini mencerminkan keadilan dalam sistem warisan keluarga secara adat, di mana setiap anak mendapatkan bagian sesuai dengan perannya dalam keluarga dan masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, prosesi Ngatot San-San dilakukan dengan arak-arakan dari rumah mempelai perempuan menuju rumah mempelai laki-laki. Rombongan yang membawa barang-barang tersebut terdiri dari keluarga besar dan kerabat dekat, menciptakan suasana semarak yang penuh makna. Setibanya di rumah suami, barang-barang tersebut dipamerkan secara simbolis kepada keluarga besar pihak laki-laki, sebagai bentuk penghormatan dan bukti nyata kesiapan sang pengantin perempuan.
Rangkaian pernikahan adat Kayuagung sendiri terbagi dalam beberapa tahap, mulai dari lamaran (Nyemiang), pertunangan (Betorang), hingga pelaksanaan pesta besar (Anan Tuwui). Tiap tahap diiringi oleh upacara adat dan musyawarah keluarga, mencerminkan kuatnya nilai kebersamaan dalam budaya Kayuagung. Di antara tahap-tahap itu, Ngatot San-San menjadi salah satu yang paling dinanti karena kerap menjadi ajang pamer kekayaan sekaligus simbolik dari transisi peran sang perempuan dalam rumah tangga.
Lebih dari sekadar tradisi, Ngatot San-San adalah identitas kultural masyarakat Kayuagung. Dalam era modernisasi saat ini, masih banyak keluarga yang mempertahankan adat ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur. Tak jarang pula, prosesi ini menarik perhatian masyarakat luas karena keunikannya yang berbeda dari adat pernikahan daerah lain di Indonesia.
Tradisi ini bukan hanya menunjukkan warisan budaya yang masih hidup, tetapi juga menjadi sarana pendidikan nilai bagi generasi muda. Bahwa membangun rumah tangga bukan sekadar menyatukan dua insan, tapi juga menyatukan dua keluarga dan nilai-nilai budaya yang menyertainya.
